Postingan

Skeptisme Dibalik Tembok Oganisasi

JANGAN TUNTUT RUMAH MU DAPAT MENEDUHKAN BANYAK ORANG, SEBELUM KAU SENDIRI BENAR-BENAR MAU BERTEDUH DIDALAMNYA Tembilahan, 7 September 2018 Tulisan ini ditujukan untuk menumbukan rasa kesadaran terhadap pentingnya sikap komplementer dalam berorganisasi. Sebab sikap komplementer merupakan suplemen yang dapat menguatkan kebersamaan dan solidaritas yang sejak dahulu sudah menjadi identitas kita. Semacam beton dan besi dalam suatu kontruksi, kedua-duanya saling melengkapi. Beton memikul gaya tekan, dan besi memikul gaya tarik. Akibatnya satu kesatuan itu mampu memikul beban yang berada diatas. Tentu kita bisa bayangkan, bila hanya beton atau besi saja yang direncanakan dalam suatu kontruksi. maka sejak awal kita sudah perkirakan, kalau kontruksi tersebut bakal rubuh terlebih dahulu sebelum perencanaan selesai dikerjakan. Menumbuhkan sikap Komplementer tentu bermula dari diri sendiri, kita mesti menyadari kalau diri kita punya kelebihan dan kekurangan. Kekurangan kita bakal dilengkap

KETIKA BUTIR PERTAMA PANCASILA TIDAK BERADA DI URTUTAN PERTAMA

Muhammad Fadhil Negaraku, 19 Agustus 2018 Dek, hanya kerna memanjat tiang bendera saja kau dihargai sedemikian tingginya. Apa lagi jika kau berkorban darah untuk kemajuan bangsa Indonesia, bisa jadi namamu bakal diabadikan dalam piagam penghargaan yang langsung ditanda tangani oleh bapak Presiden. Di piagam itu namamu tercatat sebagai pahlawan Indonesia. Kau sunguh beruntung dek, bisa diundang oleh bapak Presiden ke istana. Kau juga diberi beasiswa, serta bantuan dari mana-mana. Bahkan kau juga mendapatkan kehormatan tertinggi dek, kau diberi kesempatan duduk di jejeran menteri kabinet pada saat pembukaan Asian Games beberapa hari yang lalu. Sungguh beruntungnya kau dek, hanya kerna memanjat tiang bendera saja, kau mendapatkan banyak bantuan yang sangat menggiurkan. Dek aku harus akui, kalau aksi heroik mu telah menyadarkan banyak orang akan pentingnya nasionalisme. Tapi dek, kerna aksi mu pulalah sekarang aku bisa paham, bahwa dinegara kita ini, ternyata sikap nasionalisme lebi

DIRGAHAYU INDONESIA KE 73

Oleh: Fadhil Dinegaraku, 17 Agustus 2018 Berhubung saat ini hari kemerdekaan Indonesia yang ke 73, izinkan tulisan ini menenuhi beranda medsos tuan guru masing-masing. Tidak ada pelajaran yang dapat dipetik disetiap barisan kalimatnya, kecuali kalau tuan guru benar- benar belum memahami makna apa yang tersirat dari tulisan yang tersurat "MERDEKA". 73 tahun silam, bertepatan hari Jum'at 17 Agustus 1945 dalam Ramadhan yang ke 9 ditahun 1364 Hijriyah. Tiap jengkal tanah Indonesia menggema teriakan kata merdeka, merdeka, merdeka. Pasca Declaration of Independence Indonesia itu dibacakan lantang Bung Karno, pada detik itu pula Indonesia di akui dunia terbebas dari belenggu para penjajah. Semua rakyat bersuka cita dan menangis haru menerima kemerdekaannya, air mata tertumpah membahasi seluruh tanah ibu pertiwi. Bahkan saya bisa katakan, berkat air mata merekalah, saat ini jutaan hektar hutan Indonesia bisa tumbuh subur. Karena dulu mereka sirami dengan deraian air mata k

Ibu, Izinkan Aku balas dendam

Ibu, izinkan Aku balas dendam Oleh : Muhammad Fadhil Dumai, Rabu 11 Juli 2018. Pukul 01.00 WIB Setiap orang dalam mendiskripsikan harapan berbeda-beda, ada yang mengatakan harapan itu berupa keinginan dan ada juga yang mengatakan harapan itu adalah cita-cita. Tidak ada yang salah memang, namun berbeda dengan gadis pedalaman yang satu ini. Baginya, harapan merupakan bentuk pembalasan akan kekecawan. Namanya Auri, gadis berumur 17 tahun ini pernah dikecewakan seseorang. Sehingga memaksanya berada diposisi terendah dalam penderitaan, saat itu hatinya hancur bak gelas jatuh kelantai, pecah berkeping-keping. Tapi, dia tidak penah berlelah dalam kondisi itu. Mencoba bangkit dan terus bangkit, kisahnya dimulai disini. Auri lahir dari kalangan kasta terendah dari suatu peradaban negara saat itu, tinggal disuatu kampung pedalaman yang sama sekali tidak pernah terjamah oleh pemerintah setempat. Dari rumah untuk sampai kejalan raya saja harus berjalan kaki selama 2 jam, karena tid

Orientasikan Pendidikan

Seharusnya kita belajar dari sejarah "Restorasi meiji" yang memprioritaskan "Pendidikan" sebagai pembangunan nasional Fokus pada kualitas SDM sehingga dengan waktu yang relatif singkat Jepang menjadi negara yang dapat diperhitungkan. Malaysia, singapore negara yang merdeka setelah Indonesia merdeka namun pertumbuhan negara tersebut jauh meninggalkan Indonesia sebab "Pendidikan" sebagai orientasi  pembangunan nasional. Pasca kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta menyarankan bagi Negara yang baru saja merdeka ini agar menjadikan "pendidikan" sebagai orientasi pembangunan nasional namum Bung karno bersikeras bahwa "politiklah" yang lebih tepat dijadikan prioritas awal pembangunan nasional, sehingga yang terjadi bung karno dilengserkan mahasiswa tahun 1966. Berbeda dengan Soeharto, beliau tidak setuju politik menjadi prioritas awal pembangunan nasional tapi tidak juga menyetujui "pendidikan" sebagai orientasi awal pembangunan n